“Manopa Diri Gabe Parasiroha ” Menggema Pada Topik Seminar Parhalado HKBP Se-Distrik XXVIII Deboskab Wilayah 1 Debos Berjalan Sukses
Seminar atau Pembekalan Parhalado HKBP Se-Distrik XXVIII Deboskab Wilayah 1 Debos berjalan sukses, Rabu 01 Mei 2019 di HKBP Bogor Res.Bogor. Ibadah pembukaan dilayani oleh Pdt Gilbert Situmorang, MTh ( Pendeta Resort Bogor ) sebagai liturgis, Pdt Drs Pilian Panjaitan, M.Div ( Kabid Marturia / Pendeta Resort Cinere ) sebagai pengkhotbah dan Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh ( Pendeta Resort Depok I ) sebagai pendoa syafaat. Ibadah dimulai pukul 08.30 Wib yang dihadiri 300 peserta parhalado dari 34 huria di wilayah 1 Debos. Pdt Drs Pilian Panjaitan, M.Div dalam khotbahnya mengatakan Firman Tuhan senantiasa menyapa kita bahwa setiap parhalado sangat perlu memiliki karakter yang mengampuni, yang sabar dan yang peduli dalam pelayanan gereja. Ketiga hal ini tentunya bermakna dalam kehidupan kita semua khususnya parhalado, ucapnya.
Dalam Ibadah tersebut Praeses Pdt Drs Berlin Tamba, M.Div membuka Seminar atau Pembekalan ini di dalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan nama Roh Kudus, semoga Seminar ini membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Amin, Ucapnya. Usai dibuka Praeses diberikan kesempatan Ketua Panitia Taon Parasinirohaon Distrik, Bapak St. Jono P Siregar memberikan kata sambutan. Ketua Panitia mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya acara ini kepada semua pihak dan khususnya kepada HKBP Bogor yang telah menjadi tuan rumah yang mendukung panitia baik secara moril dan spirituil. Kami berharap dengan pelaksaan seminar ini maka semua sintua dapat memahami, mendalami dan memotivasi kita untuk semakin bergairah dan semangat dalam pelayanan ke depan. Seminar ini mengambil topik ‘ Manopa Diri Gabe Parasiroha ‘, semoga di Taon Parasinirohaon 2019 ini setiap parhalado mampu memahami arti dan makna ‘Parasiroha’ dan mampu mengaktualisasikan dan menjemaatkannya ketengah-tengah jemaat. Kami juga memohon dukungan dana untuk rangkaian program panitia ke depan sampai nantinya ke acara puncak di akhir tahun ini. Salah satunya kami panitia menggalang dana dengan menjual Termos Air Minum kepada bapak dan ibu sekalian dan semoga dibeli. Untuk itu kami mengucapkan selamat berseminar dan selamat bagi para narasumber dalam memberikan materinya, ucapnya.
Praeses pada Sessi I menyampaikan materi berjudul ” Arahan dan Pokok-Pokok Pikiran Orientasi Program HKBP 2019″. Pdt Drs Berlin Tamba, M.Dib mengatakan bahwa HKBP bagaikan Bunga Rampai yang di dalamnya ada AP, Konfessi, RIPP, Visi dan Missi, dan sebagainya yang kesemuanya itu merupakan jati diri HKBP. Ephorus sebagai Pimpinan HKBP terus menterjemahkan jati diri HKBP dalam bentuk program-program dengan tekanan orientasi setiap tahunnya yang sedang berjalan secara berkesinambungan. Dan di masa kepemimpinan Ompu i Ephorus Pdt Dr Darwin Lumbantobing berupaya menekankan jati diri HKBP dengan mengambil peran HKBP ketika se-masa Ompu i Nommensen yang melaksanakan Tri Tugas Panggilan Gereja. Yakni kembali menekankan kepada panggilan tugas Diakoni yang diatur pada tahun 2017 disebut sebagai orientasi Tahun Pendidikan, tahun 2018 disebut orientasi Tahun Kesehatan, dan di tahun 2019 ini disebut orientasi Tahun Pelayanan Diakoni ( Taon Parasinirohaon ). Jati diri HKBP yang dilakukan oleh Nommensen dengan mendirikan tempat ‘ pangubation ‘ / klinik / rumah sakit, melaksanakan ‘penginjilan’ / zending / menyerahkan persembahan khusus tiap minggu ke sending HKBP yakni ke Hephata ( pelayanan kepada orang cacat ), ke Panti Asuhan Elim ( Yatim Piatu ), pelayanan diakoni sosial kepada orang-orang miskin.
Dari situlah sangat menarik di tahun parasinirohaon ini kita diajak untuk memahami arti dan makna serta historis pelayanan jati diri HKBP pada seminar ini. Sesuai dengan hasil Sinode Distrik tahun 2018 lalu kita telah sepakat mengadakan Pembekalan atau Seminar ini. Panitia mengambil topik ‘ Manopa Diri Gabe Parasiroha ‘. Oleh sebab itu pokok pikiran saya adalah bahwa kita harus bisa melihat dan memahami bagaimana suatu sistem. Apakah suatu sistem itu berdampak kesejahteraan atau tidak. Karena menyangkut juga kepada orang miskin. Mana sistem yang menghambat kesejahteraan dan mana sistem yang mensejahterahkan. Mengapa terjadi kemiskinan ? Maka kita perlu memahami dan mencermatinya agar kita dapat membangun sistem yang mensejahterahkan jemaat. Itu bisa kita baca di Lukas 3 : 12 – 14. Maka kita setiap parhalado harus memahami dan mencermati akan hal di atas. Kemudian pokok pikiran saya bahwa Sintua adalah ‘ Tokoh ‘ di lingkungannya, oleh sebab itu sangatlah berpengaruh ke jemaat dan juga berpengaruh karena panggilannya dari atas / Allah. Maka hendaklah Sintua terus menerus ‘parataratahon tohonanna’ dalam setiap pelayananannya ke depan, ucapnya. Sintua punya peranan penting dalam melaksanakan visi dan misi HKBP. Peranan dalam tugas peribadahan dan juga mendidik warga jemaat agar sungguh-sungguh menjadi ‘parasiroha’. Intinya Tri Tugas Panggilan Gereja adalah bagian dari jatidiri HKBP. Khususnya pada orientasi pelayanan diakoni di tahun 2019 ini menjadi penting untuk dilaksanakan pelayanan Sintua memasuki pada lingkungan panggilannya, ucapnya.
Kabid Diakonia, Pdt Dr Jusen Boangmanalu pada Sessi II menyampaikan materi dengan judul ‘ Manopa Diri Gabe Parasiroha ‘ ditinjau dari Lukas 6 : 36, bnd. Markus 12 : 30 ; Yoh.15:12. Pdt Jusen Boangmanalu mengatakan bahwa ‘Tokoh’ yang disoroti pertama-tama adalah Imam dan Lewi dalam cerita Orang Samaria Yang Murah Hati yang diceritakan oleh Tuhan Yesus dalam kisah perumpamaaan itu. Inti ajaran Yesus dalam kisah perumpamaan itu adalah ” The Law of Love ” ( Hukum Kasih ), yakni ‘ Berbelas Kasih ” bukan sebatas dogma keagamaan ( menurut agama Yahudi ) semata. Orang Samaria dalam perumpamaan dianggap identitas di luar komunitas orang Yahudi. Orang Samaria yang baik hati yang berbelas kasih itu bukanlah ‘tokoh’ imam dan lewi. Betapapun demikian, sikap yang diperlihatkan adalah sikap belas kasihan yang sangat berarti bagi keselamatan si korban. Tindakan pertolongan dengan dia membalut luka si korban, meminyaki si korban dan memberi anggur yang baik bahkan memberikan uang perobatan kepada pemilik penginapan adalah tindakan ‘ berperikemanusiaan terhadap sesama umat manusia ‘.
Berangkat dari perumpamaan Tuhan Yesus ini kita dapat pahami pesan penting yakni perlunya ‘transformasi atau reformasi’ terhadap dibangunnya tembok pembatas relasi sosial di pusat keagamaan. Kemudian adanya kepekaan yang tinggi terhadap kemanusiaan. Kemudian peduli dan spontan membela kemanusiaan dengan setulus hati walau tidak ada upahnya. Semua tindakan kongkrit yang dilakukan orang samaria itu sangat inspirasi dan memotivasi serta teladan moral yang tinggi. Spiritualitas ‘Belas Kasih’ dari orang samaria yang murah hati itu perlu kita implementasikan di dalam kehidupan keseharian kita selaku Parhalado HKBP, ucapnya. Pada kedua sessi di atas dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab. Banyak peserta yang memberikan tanggapan dan pertanyaan kepada kedua narasumber. Namun dibatasi mengingat waktu yang terbatas dan dilanjutkan pada sessi ketiga yakni kepada Bapak Mr.Spirit Saut Sitompul.
Usai makan siang, Mr.Spitrit Saut Sitompul memulai sessinya dengan mengajak peserta disampingnya masing-masing agar saling tertawa. Semua peserta pun dengan spontan tertawa terbahak-bahak sejenak. Materi yang disampaikan beliau berjudul ‘ Etos Kerja Unggul Akar Keberhasilan Parhalado Untuk Mewujudkan Tahun Program Ulaon Parasinirohaon ( Tahun Diakoni ) “. Mr.Spirit Saut Sitompul mengatakan dasar Etos Kerja Unggul dapat diambil dari Yeremia 17 : 7-8. Apa yang saya lakukan dengan menyampaikan ceramah ini bisa disebut diakoni tranformatif dan bukan hanya karikatif. Diakoni konteksnya adalah ‘memberi”. Firman Tuhan Matius 6 : 33, mengatakan ” Sai jumolo lului hamu harajaon ni Debata dohot hasintonganna, dungi tambahononna angka ondeng “, Holan salah pembagian muruk-muruk. Yang lalu, biarlah berlalu. Pertama bahwa orang lebih percaya pada perbuatan daripada perkataan. Betulkah kata-kata bisa lenyap karena perbuatan ? Mari kita buktikan. Semua angkat tangan. Ini ilmiah atau logis. Apa yang saya katakan mohon amang inang lakukan, saya pakai gerak tangan saya. Kata-kata bisa lenyap karena perbuatan. Tepuuuuk dagu. Tiba-tiba tangan Mr.Saut Sitompul menepuk tangannya ke bagian dahi dan tangan semua peserta juga menepuk ke bagian dahi. Semua jadi tertawa. Maka, molo ruas naeng mardiakonia, parjolo ma sian amang inang sintua mardiakonia, mereka pasti ikut. Jangan minta ruas mardiakonia sementara amang inang sendiri belum berdiakoni.
Unang tuntut HKBP, aaa….ha…ha…tuntut ma diri sendiri. Peserta spontas tertawa panjang. Yang lalu, biarlah berlalu. Yang kedua, ada orang yang mencari tapi tidak mendapat. Siapakah itu ? yaitu mereka-mereka yang mencari harta dunia atau nilai-nilai duniawi. Mereka mencari tapi tidak mendapat. Siapakah itu ? Mereka-mereka yang mencari sinamot tu hasangapon. ( suara Aaaa, ha..ha…,bertobatlah). Tapi siapakah dia yang mencari Kerajaan Allah lebih dahulu, itulah Mereka-mereka yang menjadikan Kerajaan Allah terus di dalam hidupnya. Jadi diakonia dimulai dari diri sendiri. Antong molo songoni masijalangan ma hamuna ate. Aaaa….Ha..ha…ucap para peserta sambil bersalaman. Selanjutnya Mr.Saut Sitompul menyampaikan ceramahnya dengan kocak dan tawa. Bagaimana supaya kita sukses berdiakonia, kita bisa baca Kitab Amsal 10 : 24 ” Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Jadi sebetulnya tidak ada yang miskin. Ndang adong na pogos, na adong na malas do. Jadi semua diakonia adalah kerja keras. Dengan kerja keras maka bisa menuntaskan kemiskinan. Kalau ada namanya kaya raya maka lawannya miskin raya.
Selanjutnya Diakoni berarti memberi sebagian dari hakmu. Itulah diakoni karikatif. Maka mulailah minggu ke depannya, sisihkanlah mungkin 5 persen, mungkin 10 persen berikan ke gereja dengan tulus tanpa menuntut. Barulah kita namanya berdiakoni. Jadi ada mental memberi bukan supaya diberi. Siapa yang suka menuntut tidak akan pernah sejahtera hidupnya. Pasti. Tidak pernah cukup. Yang lalu, biarlah berlalu. Parhalado yang sering ketawa pasti lebih sehat hidupnya. Mungkin selama ini sering marah-marah ( Aaa..ha..ha…). Selanjutnya diakonia itu mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Ada suatu unkapan yang mengatakan, ‘ janganlah kutuki kegelapan, tetapi jadilah cahaya bagi kegelapan itu’. Jangan salahkan HKBP Pusat, Distrik, Resort tetapi anda hidup menjadi cahaya pencerah dan menjadi solusi dan jangan menjadi suara pengkritik orang lain di gereja. Tampillah menjadi solusi, jangan sumber masalah tapi menjadi sumber solusi. Yang lalu, biarlah berlalu. Jadi berlomba-lombalah berbuat yang terbaik. Ada 3 hal penting dalam hidup Parhalado, yaitu Etos, Pathos dan Logos. Kekuatan Besar adalah Kekuatan Kecil. Jadi kalau ingin HKBP berdiakonia dimulai dari diri sendiri. Dari yang kecil dulu. Parhalado menjadi presenter.
Memulai awal di hari minggu muncullah sumbangan diakonia dari keluarga sintua X. Siap Ibu-Ibu ? Siap hari minggu menyumbang ? Ya sepuluh ribu, sepuluh ribu, yang penting ada memulai dulu. Selanjutnya membangun fisik bangunan gereja belum tentu membangun karakter. Tetapi membangun karakter pasti membangun tubuh Kristus dalam diri kita. HKBP itu tubuh Kristus. Ndang mengeluh disi, ndang adong menuntut, Itulah SQ ( Spiritual Question ). Kalau ada yang menghina kita atau merendahkan kita. Minta atau tidak diminta maafkanlah dia. Secara logika kita rendah tetapi dimata Tuhan kita mulia. Karena kita melihat Tuhan. Jadi molo adong, santabi angka parhalado saling sikut, masihaolan ma hamu annon da ( Aaa..ha..ha…disambut peserta). Itu diakonia namanya, diakonia transformatif. Sotung adong be na songon i na saling sikut i. Tingki marsermon pe unang be tegang alana boti, ruang konsistori itu bisa membangun Kerajaan Allah, tetapi juga membangun pengetahuan theologis tetapi bisa juga melemahkan karakther Kristus. Molo sai na berdebat hamu apalagi molo marhata ‘sinamot rupani’ olo do meja dipukul songoni paaak. Jadi hadirkanlah Tuhan diatas theologiamu atau perdebatanmu di sermon sehingga kita dimampukan membangun karakter Kristus. Dungi molo manghatai hamuna orang bisa jadi senang. Hendaklah perkataanmu jangan hambar ( songon na siniraan ma nian ). Itu adalah diakonia transformatif. Selanjutnya ada diakoni karikatif.
Hendaklah Parhalado itu murah hati. Sotung adong be hita di gareja, molo adong na jumolo monding, biasana di hurianta tapasahat do songon uang diakonia dua juta opat ratus tu keluarga duka, alai sipata tapangke do logika ala so binayar iuranna, ndang dapot i ( Aaaa…ha…ha…ha peserta ketawa ). Kedua Parhalado na sai holan pesimis. Di gareja i adong karikatif. Waspadalah, 7 poda tohonan sintua jangan-jangan tidak kita kerjakan. Jangan kita menghukum tetapi tidak menghidupi. Kita bisa memberi / berdiakonia bisa dengan doa, dengan ide, dengan tenaga, dengan semangat biar mandiri. Jadi tidak ada alasan untuk tidak memberi / berdiakoni. Tolong kita bangun karakter koinonia, marturia dan diakonia. Parhalado harus membangun Etos lebih dahulu, kemudian pathos dan terakhir logos. Tetap semangat berdiakonia. Lakukanlah diakonia transformatif dan diakonia karikatif. Milikilah motivasi menghadirkan Tuhan dalam hidupmu. Setiap melayani, marilah Parhalado memiliki karakter Bahagia ( dengan sukacita ) melayani, maka berhasil, ucapnya.
Di sela-sela seminar disempatkan juga oleh Panitia dan semua peserta merayakan Ulang Tahun Bapak Pdt.Nekson M. Simanjuntak, MTh tepat pada tanggal 01 Mei 2019 secara spontanitas dengan menyanyikan lagu ‘ Happy Birdsday’ dipimpin Praeses, Pdt Drs. Berlin Tamba,M.Div. Sehingga suasana makin ceria dan penuh sukacita.
Usai semua sessi oleh ketiga nara sumber dilanjutkan dengan acara ibadah penutupan pada pukul 16.00 Wib yang dipimpin oleh Pdt Anwar Nababan, MTh ( MPS/ Pendeta Resort Kirab Remaja ). Dalam khotbahnya yang diambil dari 1 Korintus 15 : 58, Pdt Nababan mengatakan bahwa peranan sintua sangat penting dalam setiap pelayanannya. Oleh sebab itu berdirilah teguh jangan goyah dan selalu giat dalam pekerjaan Tuhan, karena kita yakin pekerjaan dan jerih payah kita itu tidak akan siasia dimata Tuhan yang empunya umatNya. Semoga setelah seminar ini roh kudus dan semangat kita makin bernyala-nyala melayani Tuhan untuk kemuliaan namaNya, Ucapnya.
Usai Khotbah dilaksanakan pemberian sertifikat oleh Praeses Pdt Drs. Berlin Tamba, M.Div kepada perwakilan peserta dari Depok, Bogor dan Sukabumi. Usai ibadah penutupan dilaksanakan foto bersama dan saling salam-salaman. Dan di sela-sela kegiatan ini diadakan juga di kompleks gereja penjualan berupa Termos Air minum oleh Panitia, penjualan Gula Manis Kita oleh PAD produk dari usaha Koperasi Distrik serta penjualan Buku Umpama dan Umpasa Batak Toba karangan Pdt Eldarton Simbolon, D.Min bagi yang berminat. Semua peserta kembali pulang dengan sukacita. ( 01/pdtls )