Pesta Bona Taon PPD Deboskab 2019 Meriah dan Penuh Sukacita
Pesta Bona Taon Persekutuan Parompuan Distrik (PPD) Deboskab Wilayah 1 (Depok-Bogor-Sukabumi) berlangsung meriah dan penuh sukacita (Selasa, 26/02/19) di HKBP Depok Resort Depok 1. Kebaktian di mulai dengan prosesi para pelayan ibadah bersama pengurus PPD memasuki ruangan gereja.
Setelah prosesi dilanjutkan dengan kata sambutan selamat datang oleh Ketua Seksi Parompuan HKBP Depok 1 (Inang Ir. Saibun Sinaga Br Silaen berhalangan berhubung karena ibu mertua meninggal dunia) yang diwakilkan kepada Inang dr. Rengsi Barimbing Br. Simanjuntak.
Ibu Rengsi mengatakan, Kami dari Seksi Parompuan HKBP Depok 1 mengucapkan puji syukur pada Tuhan dan terima kasih atas kedatangan bapak ibu sekalian untuk mengikuti acara Bona Taon ini. Selamat datang. Inilah kami parompuan Depok 1 menyambut dengan sukacita. Kami mengucapkan terima kasih kepada PPD yang sudah mempercayakan untuk Depok 1 sebagai tuan rumah pada saat ini. Kami dengan sukacita menyambut tugas ini. Dan kami memohon maaf bila ada kekurangan dalam penyambutan kami. Kami mengucapkan terimakasih kepada parompuan Depok 1, para majelis dan pendeta resort yang mendukung acara ini. Kiranya acara ini boleh menambah sukacita dan mengikat tali kasih bagi kita sekalian, terimakasih, ucapnya.
Selanjutnya, kebaktian dimulai pada pukul 09.40 Wib oleh Pdt. Marinda Purba, S.Th, M.Pag sebagai liturgis dan Praeses sebagai pengkhotbah. Praeses Pdt. Drs. Berlin Tamba, M.Div dalam khotbahnya yang diambil dari Matius pasal 26 ayat 6 sampai ayat 13 mengatakan selamat bona taon bagi kita semua. Thema bona taon Patopa Ulaon Parasinirohaon tu angka na pogos (Lukas 4:16-21) dan Sub Thema Parompuan HKBP tarjou jala disuru marhobas dibagasan ulaon parasinirohaon.
Khotbah ini mengingatkan kita bahwa parompuan sebagai lokomotif ‘mesin penggerak’ yang sudah kita banggakan di HKBP dan melalui sub thema ini dapat meniru si Maria saudaranya si Lazarus bahwa Tuhan Yesus adalah sumber sukacitanya (bona ni las ni roha).
Marbona Taon hita sadarion di konteks jamita on na marlapatan do i asa marlas ni roha hita ala naung sangkabona hita dibagasan Jesus jala tarjou asa marparbue. Kita terpanggil agar hidup kita berbuah dari sumber sukacita kita yakni Tuhan Yesus. Ido umbahen na nidok hata natuatua, ‘pinasa ni depok sada tabo do marguna, ise do hita na pungu on lumobi ma hamu angka parompuan, sai jumpang ma angka parbue angka na marguna, ucapnya. Lalu spontan jemaat yang hadir mengucapkan, ‘imma tutu’ sambil senyum-senyum dan tertawa.
Lebih lanjut Praeses mengatakan bahwa perempuan terpanggil menunjukkan buah mahkotanya (tumpalna) yakni kecantikan dari dalam hatinya (haulionna) atau inner life. Sama seperti si Maria dalam nats ini dia melakukan yang terbaik dari kecantikan hatinya untuk Tuhan Yesus. Si perempuan itu yakni si Maria datang kepada Tuhan Yesus dengan membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal dan mencurahkan minyak itu ke atas kepala Yesus mengalir ke tubuh Tuhan Yesus. Dia memberikan yang terbaik pada Yesus.
Sekarang bagaimana kita melangkah bersama untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Nats ini mengingatkan kita agar kita berbuat menunjukkan buah dari iman hidup kita kepada manusia.
Ada sebuah kisah seorang yang naik tahta menjadi raja, dia memikirkan dari dalam hatinya bagaimana sebagai seorang raja dapat mensejahterahkan bangsanya. Dia berfikir, bagaimana caranya aku dapat memimpin agar bangsa ini senantiasa melakukan perbuatan ‘buah yang manis’. Di suatu waktu ia menyerahkan pemikirannya ini agar beroleh bantuan jawaban kepada seorang sastrawan di rusia. Sastrawan ini menyampaikan ada tiga hal jawaban kepada raja tersebut. Yang pertama, siapakah orang yang paling berharga yang akan kita dilayani dalam kehidupan ini?. Yang kedua, pekerjaan apakah yang patut kita lakukan yang paling berharga bagi kita manusia dalam kehidupan ini?. Dan yang ketiga, kapankah waktu yang tepat di dalam kehidupan manusia untuk melayani pekerjaan yang akan dikerjakan?.
Satu hal dari jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut bagi kita dikaitkan dengan Nats khotbah ini menuntun kita pada saat ini sekaligus mengingatkan agar bersikap sungguh-sungguh melihat bahwa Tuhan Yesuslah yang senantiasa kita layani di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesuslah yang harus dan terus kita layani di dalam hidup kita, oleh karena itu bila tiap-tiap hari kita melayani, maka marilah kita pahami bahwa sesungguhnya hal pelayanan yang sedang kita lakukan itu adalah melayani Tuhan.
Itulah sebabnya Tuhan Allah berkata sebagaimana yang tertulis dalam Kolose 3:23, ‘Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.’ Sian rohamuna ma ula hamu nasa sibahenonmuna; songon na tu Tuhan i, ndada tu jolma. Artinya, pelayanan kepada Tuhan itu haruslah menjadi jati diri dari setiap tugas pelayanan atau pekerjaan orang percaya!.
Pemahaman akan firman tersebut di atas hendaklah itu tinggal tetap di dalam hati dan jiwa setiap orang percaya. Tidak sekedar hanya tingal didalam perasaan, di dalam pikiran namun sungguh-sungguh tinggal tetap di dalam roh setiap orang percaya. Tidak hanya di dalam buah pikiran saja, tetapi memang benar-benar karena kita orang percaya telah berakar di dalam Kristus (sangkabona dibagasan Kristus). Demikianlah sehingga kita dapat menunjukkan hidup di dalah berbelas kasih (gabe jumpang ma ngolu na marparasinirohaon di ganup angka na porsea).
Dan di Tahun Parasinirohaon (Tahun Pelayanan berbelas kasih/Diakoni) ini, perempuan HKBP terpanggil di dalam pelayanan diakoni (berbelas kasih) yakni menunjukkan jati diri yang berbuah baik dan berbelas kasih dengan sunguh-sungguh karena Kristus. Apapun dan bagaimapun situasi dan kondisi yang kita hadapi hendaklah kita tetap dapat berbuah baik. Karena tugas pelayanan diakoni adalah pusat dari pengajaran Tuhan Yesus ketika Ia datang di Betania di rumah si Simon.
Si Maria mengingat akan pelayanan diakoni Tuhan Yesus yang berbelas kasih kepadanya ketika Ia membangkitkan Lazarus saudaranya dari kematian. Ia datang ke rumah Simon dan mencurahkan minyak wangi yang mahal ke tubuh Tuhan Yesus. Pelayanan yang dilakukan si Maria ini melampaui pandangan dengan istilah pepatah yang mengatakan menghemat pangkal kaya. Tetapi bagi Maria pelayanan yang dilakukannya justru menunjukkan sikap kasihnya pada Yesus yang melampaui pikiran dari murid-murid Yesus bahkan mengatakan yang dilakukan Maria adalah suatu pemborosan. Mereka mengatakan bahwa minyak yang dicurahkan oleh Maria ke tubuh Yesus itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.
Oleh sebab itu di Taon Parasinirohaon HKBP 2019 ini hendaklah kita semakin menunjukkan sikap curahan hati yang berkelimpahan (roha na maruseuse) melebihi dari pandangan dunia ini seperti yang dilakukan si Maria saudaranya si Lazarus kepada Yesus. Na niulahon si Maria ima nian taulahon, ima parrohaon na maruse-use, mangalehon tingki na maruse-use, ucap Praeses.
Lebih lanjut lagi Praeses mengatakan bahwa konteks peristiwa pelayanan Maria kepada Yesus adalah karena hal itu mengingatkan suatu persiapan untuk penguburan Yesus. Yesus mengatakan, ‘Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu, tetapi orang-orang miskin selalu ada padamu.
Dalam khotbah kita memahami minyak itu yang dicurahkan Maria kepada Yesus seharga 300 Dinar yang berarti ibarat seharga gaji setahun penuh ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus. Tidak tanggung-tanggung dia rela mencurahkan minyak itu karena keyakinannya kepada Tuhan Yesus.
Melalui Taon Parasinirohaon ini mengajak kita agar semua yang ada pada kita mari kita mencurahkan kasih kita yang berkelimpahan kepada Tubuh Tuhan Yesus Kristus. Sama seperti gambaran dalam doa nyanyian persembahan dalam di tiap akhir ibadah minggu kita, ‘nasa na nilehonMi, hupasahat i tu Ho’. Asa manang aha pe na nilehon Tuhan i, sai pasahat ma i tu tangan ni Tuhan Jesus.
Sama seperti yang diberikan kepada Tuhan Yesus lima roti dan dua ikan ke tangan Tuhan Yesus untuk memberi makan lima ribu orang, lalu Dia memberkatinya dan bahkan hasilnya makanan itu ‘berlebih-lebih’ (berkelimpahan), roti dan ikan berlebih sebanyak dua belas bakul. Itu sebabnya nats ini kembali mengingatkan kita agar menyerahkan yang ada pada kita itu ke tangan Tuhan Yesus lewat perbuatan kita masing-masing. Melalui pemberian minyak yang mahal yang ditunjukkan oleh si Maria perempuan ini, sesungguhnya haruslah demikian perbuatan setiap orang percaya untuk Kerajaan Allah, sehingga tidak ada istilah yang mengatakan ‘terlalu berlebih perbuatannya itu (Maria) untuk Kerajaan Allah.’ Artinya untuk Kerajaan Allah tidak ada istilah mengatakan ‘berlebihan’ dari sudut pandangan pemborosan. Karena Tuhan akan melihat perbuatan setiap orang percaya bagaimana dia mengasihi Tuhan Yesus di dalam kehidupannya.
Karena Tuhan akan membuka tingkap-tingkapNya untuk memberikan berkat-berkat berkelimpahan agar tiap orang percaya dapat menjadi saluran berkat di dalam kehidupannya. Sekarang di Tahun 2019 ini, melalui Tahun Orientasi Pelayanan Diakoni yang telah ditetapkan HKBP kita semua dipanggil supaya melayani dan melakukan yang baik. Agar semua orang percaya melakoni perbuatan baik didorong oleh kasihnya kepada Tuhan Yesus, didorong oleh kasihnya kepada orang-orang yang patut dibantu dan ditolong di dalam hidupnya.
Melalui kasih itu yang sesungguhnya tidak dapat diukur oleh hitung-hitungan pikiran. Biasanya kita manusia, bila seseorang makin pintar ‘memakai hitung-hitungan’, maka dirinya biasanya makin berkurang untuk berbuat ‘berbagi-bagi’. Kalau orang di jaman ini, semakin pintar ‘berkali-kali’, tetapi dia harus pintar juga ‘berbagi-bagi’. Kita harus pintar melakukan ‘berbagi-bagi’ yang ada pada kita yang telah Tuhan berikan pada kita dan tentunya agar jangan menjadi sia-sia segala berkat yang telah dianugerahkan kepada kita.
Itulah perbuatan kasih, yang tidak pernah berkalkulasi. Perbuatan Kasih yang selalu mengatakan, ‘masih kurang, masih kurang dan masih kurang’. Bagaikan Kasih seorang Ibu yang tidak pernah memakai ‘hitung-hitungan (berkali-kali)’ pelayanan kasihnya kepada anak-anaknya dan juga sekaligus Kasih sebagai Istri memakai ‘hitung-hitungan’ (berkali-kali) pelayanan kasihnya kepada suaminya. Bila ada seorang Istri atau seorang suami mengatakan kepada pasangan hidupnya serasa ‘sudah cukup’ atau mengatakan ‘sudah cukup’ melakukan hal yang baik kepada pasangannya, maka sesungguhnya itu buktinya bahwa dia tidak mengasihi pasangan hidupnya itu. Jadi bila seorang Ibu mengatakan kepada suaminya, ‘ saya sudah cukup mengasihi kamu’, itu sudah suatu bukti bahwa benar dia tidak mengasihi pasangan hidupnya.
Demikian juga kita sebagai orang tua kepada anak-anak kita oleh karena ‘Kasih kita itu’ meskipun tidak ditanggapi oleh anak kita dengan baik atau diabaikan, namun ‘Kasih Orangtua’ adalah tetap ‘gratis’ kita berikan kepada anak-anak kita. Tidak mungkin kita orang tua meminta kepada anak-anak kita, ‘eh bayar (memakai hitung-hitungan/berkali-kali) karena engkau telah kukandung dalam rahim ibu selama 8 bulan dan telah kubesarkan sampai beranjak dewasa dan seterusnya. Semua perbuatan kasih Ibu gratis diberikan kepada anak-anak.
Apalagi ‘Kasih Tuhan’ berkelimpahan melebihi dari Kasih seorang Ibu kepada anaknya di dalam hidup kita. Sebab hidup dan dosa kita telah ditebus Tuhan dengan harga yang mahal. Berapa harganya? Tuhan berikan KasihNya berkelimpahan kepada kita dengan ‘seharga nyawa anakNya’ yang tidak ternilai, yang sesungguhnya tidak terhitung dan gratis adanya.
Itu sebabnya dikatakan Tuhan Yesus di dalam Yohanes 10 ayat 10, ‘Sebab Aku datang, supaya mereka mempunyai Hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.’ Jadi sesungguhnya Tuhan Yesus pernah berkata, Dia (Allah) memberikan kepada kita supaya kita menerima berlipat-ganda, yang sebetulnya semua orang percaya atau orang kristen dan atau setiap kaum perempuan yang sudah dibaptis hendaknya merasakan bahwa Tuhan telah memberikan Kasihnya itu ‘berlebih-lebih’ (berkelimpahan) kepada kita. Kasih Tuhan ‘berlebih-lebih’ (berkelimpahan). Kasih Tuhan itu melebihi dari apa yang kita pikirkan, bahkan melebihi dari apa yang lahir dari hati kita. Jadi sebetulnya Kasih Tuhan itu sudah ada di dalam kematian dan kebangkitanNya supaya kita beroleh keselamatan dan hidup.
Oleh sebab itu di Tahun Parasinirohan ini marilah kita berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Marilah kita menjadi saluran berkat selama masih ada kesempatan dalam kehidupan yang Tuhan berikan. Seperti sebuah lagu yang berjudul, ‘hidup ini adalah kesempatan’. Marilah kita nyanyikan lagu tersebut, ucap Praeses. Dan diiring musik semua jemaat hadir menyanyikannya dengan sukacita dan semangat.
Di akhir khotbahnya, Praeses mengatakan marilah kita melayani Tuhan. Berilah pelayanan kita kepada orang yang tepat, kepada orang yang membutuhkan pada waktu yang tepat selama kita hidup. Berilah pelayanan perbuatan baik di tahun parasinirohaon khususnya di distrik kita ini untuk kemuliaan nama Tuhan. Sama seperti kita berbuat kasih kita kepada orang tua kita, hendaklah kita melakukan yang baik kepada mereka selama atau selagi ia hidup, janganlah setelah ia meninggal dunia. Marilah kita siap sedia dan melayani Tuhan Yesus, Amin, ucapnya.
Usai kebaktian dilanjutkan dengan kata-kata sambutan oleh Ketua PPD, Ibu Sihardame Simatupang br Rajagukguk. Ibu Ketua mengucapkan puji syukur pada Tuhan dan terimakasih kepada semua pihak, Praeses, kabid, semua pendeta resort, pimpinan jemaat, semua SPH dan rombongannya utusan perempuan masing-masing gereja se wilayah debos. Terima kasih khususnya kepada jemaat HKBP Depok satu beserta para majelis dan Pdt Resort, Pdt Nekson Simanjuntak, MTh, pendeta fungsional Pdt Marinda Purba, STh, M.Pag, Pdt ARIT Tambunan, STh, selaku menjadi tuan rumah. Terimakasih kepada MC Ny. Carolina Hutabarat br tobing, semua Wilayah-wilayah di wilayah Debos. Puji Tuhan atas terselenggaranya acara ini bisa berjalan dengan baik dan luar biasa penuh dengan sukacita. Di tahun 2019 ini kita sudah melibatkan para pengurus SPH dan punguan koor parompuan huria-huria, dan tidak lagi hanya punguan koor Ina Hanna seperti yang terjadi selama ini. Ada tiga koor di tingkat distrik, yakni Punguan Koor Gracia yang diadakan latihannya setiap hari Selasa. Dan kedua, Koor Ina Naomi yang diadakan latihannya setiap hari selasa minggu kedua dan minggu keempat tiap bulannya. Yang ketiga Punguan Koor Ina Hanna yang selama ini tampil tiap ibadah bulanan.
Acara ini akan kita lanjutkan dengan pencabutan kupon, doorprize, dan hiburan lainnya. Kami dari PPD juga memberikan tanda kasih kepada Bapak Pdt BRH Simanungkalit, STh dan Ibu yang telah pensiun. Kami juga menyampaikan rencana diadakannya kegiatan pertemuan Pra Konperensi Perempuan HKBP secara nasional pada bulan Mei 2019 ini. Jadi panitia membutuhkan penggalangan dana. Untuk itu, disini kami mengadakan penjualan payung berbagai warna dengan harga seratus ribu rupiah di depan pintu depan gereja ini dan silahkan dibeli. Demikianlah dari kami PPD, Horas, ucapnya.
Acara dilanjutkan dengan makan bersama dan ramah tamah sambil berjalan acara tortor oleh para pendeta yakni keluarga Praeses, kabid, keluarga pendeta melayani di Depok sada, pencabutan kupon berhadiah dan doorprize serta hiburan dan penyampaian sumbangan lagu dari gereja-gereja yang telah mendaftar.
Selama acara berlangsung dipandu oleh Ibu Carolina dan suasana penuh sukacita. Acara kebaktian juga disertai dengan pengumpulan persembahan untuk diberikan kepada Bapak Pdt Porman Samosir, STh untuk menambah biaya pengobatan atau operasi karena sakit berobat di luar negeri. Pengumpulan tersebut sesuai dengan himbauan Praeses dan pada hari itu juga telah di transfer oleh Pdt Nekson Simanjuntak, MTh lewat nomor rekening KRP HKBP.
Turut mengisi kebaktian para song leader yakni Ibu St. Ny. Bermin Pardede br Napitupulu, Ibu Rosdelina Manalu br Tanjung dan Ibu Anggun Tampubolon br Siahaan. Dirigent Koor Bersama semua parompuan, lagu Mars Taon Parasinirohaon oleh Ibu St. Martha br Hutahean.
Turut hadir diantaranya Keluarga Pendeta yakni Pdt. Albert Manalu, STh, Pdt Albiner Hutauruk, STh, M.Hum, Pdt Torang Panjaitan, STh, Pdt Anwar Nababan, MTh, Pdt Gilbert Situmorang, MTh, Pdt Ramly Manurung, STh, M.Div, Pdt Sondang br Simanjuntak, STh, M.Pd, Pdt Rintalori, MTh, Pdt Andri Hutapea, STh, Pdt Josua Tampubolon, STh, Pdt Frans Siahaan, STh, Pdt Windi Sianturi, S.Si, Pdt France Simanjuntak, STh, Pdt Ernawaty Sihombing, STh, Diak. Mastiur br Pandiangan, Biv. Debby Hutapea, Ny. Andrice Manurung br Sirait (Sekretaris PPD), Ny. Marlina Sigalingging br Sirait (Bendahara PPD). Acara selesai pada pukul 17.00 Wib ditutup dengan doa oleh Pdt Ligat Simbolon, STh (Kabid Koinonia). (01/pdtls)
Koor Mars Taon Ulaon Parasinirohaon HKBP 2019 Oleh PPD Distrik 28 Deboskab