Sekilas Pandang
Sejarah HKBP Distrik XXVIII Deboskab
(Depok – Bogor – Sukabumi – Kalimantan Barat)
Pada awal berdirinya HKBP tahun 1861, misionar yang melayani HKBP terdiri dari orang Jerman dan Belanda. Selain Pendeta banyak juga pelayan lainnya seperti Suster dan Bibelvrouw. Barulah sejak 19 Juli 1885, orang Batak turut melayani dengan ditahbiskannya 3 orang putra Batak menjadi pendeta, yaitu Pdt.Johannes Siregar, Pdt.Markus Siregar dan Pdt.Petrus Nasution.
Pada masa Perang Dunia ke II Thn 1939, Belanda diserang tentara Jerman pada tanggal 10 Mei 1940, akibatnya Belanda sebagai penguasa di Indonesia melampiaskan dendamnya terhadap orang Jerman yang berada di Indonesia. Para misionar pun ditangkap dan diusir. Ephorus HKBP, Pdt. Dr. E. Verwiebe (orang Jerman) diusir dari Pearaja Tarutung. Sebagai penggantinya, Belanda menghunjuk Pejabat Ephorus, yaitu Pdt. H. F. De Kleine, seorang pendeta Belanda yang sebelumnya bertugas di BNZ (Batak Nias Zending). Tentu saja tindakan pihak Belanda tersebut ditolak oleh para pendeta Batak.
Selain mengusir misionar, Belanda juga menghentikan aktipitas pelayanan Sending RMG (Rheinische Missions Gesellschaft yang berpusat di Jerman) dan menyerahkan HKBP kepada Sending BNZ (Batak Nias Zending yang berpusat di Belanda). Akibat situasi politik tersebut, RMG menghentikan dukungan daya dan dana, membuat HKBP menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induk.
Itulah sebabnya HKBP mengadakan Sinode Agung Istimewa di Sipoholon Tarutung pada tanggal 10-11 Juli 1940. Dalam sinode tersebut Pdt. K. Sirait terpilih menjadi Voorzitter atau Ketua karena peserta sinode yang mayoritas Batak tidak mau dipimpin orang Belanda. Sinode tersebut juga memutuskan bahwa HKBP harus berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri di bidang daya (SDM), dana dan teologi. Kemandirian inilah yang dirayakan setiap bulan Juli dengan nama ‘Pesta Parolopolopon HKBP Manjujung Baringinna’. Selain memilih Voorzitter, sinode juga menetapkan dan meresmikan berdirinya Distrik IX yang kemudian hari berubah menjadi Distrik VIII Jawa Kalimantan yang meliputi Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera Bagian Selatan.
Dari uraian di atas nampaklah bahwa HKBP Distrik VIII Jawa Kalimantan berdiri saat Perang Dunia ke II sedang berkecamuk. Perang yang mengakibatkan penderitaan dan kesulitan itu direspon HKBP sebagai ujian, apakah berdiam diri atau justru bangkit dari kesusahan tersebut. Ternyata HKBP bangkit bersatu-padu, bahu-membahu dan Tuhan memampukan HKBP memenangkan ujian tersebut. Melalui Sinode Agung Istimewa itu, HKBP mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga Jemaat-jemaat HKBP di seluruh Indonesia tidak bercerai-berai. Tuhan Yesus Kristus, Kepala dan Raja Gereja yang telah memilih orang Batak menjadi umat kepunyaanNya tidak membiarkan HKBP sendirian sehingga kehilangan eksistensi, pertumbuhan dan perkembangannya.
Dari Distrik VIII Jawa Kalimantan (kemudian berubah nama menjadi Distrik DKI Jakarta Raya), dalam perkembangannya dimekarkan beberapa Distrik lain, yaitu Distrik XV Sumatera Bagian Selatan, Distrik XVII Indonesia Bagian Timur, Distrik XVIII Jabartengdiy, Distrik XIX Jakarta 2 (kemudian berubah nama menjadi Distrik Bekasi), Distrik XXI Jakarta 3 (kemudian berubah nama menjadi Distrik Banten), Distrik XXVIII Distrik Deboskab (Depok-Bogor-Sukabumi-Kalimantan Barat) dan selanjutnya dari Distrik XV Sumatera Bagian Selatan telah dimekarkan Distrik XXV Jambi.
Diawal dimekarkannya HKBP Distrik XXVIII Deboskab dari Distrik VIII DKI Jakarta Raya ketika pada tahun 2008 adalah terdiri atas 20 Resort dan 1 Persiapan Resort, yaitu 16 resort di Jakarta Selatan, Depok, Bogor, Sukabumi dan 5 resort di Kalimantan Barat, semuanya 60 Jemaat (lebih kurang 75.000 jiwa), dilayani oleh 61 orang Pendeta, 2 orang Bibelvrouw dan 1 orang Diakones. Waktu itu Distrik ini dipimpin oleh Praeses, Pdt. Mori Sihombing, M.Th, dibantu oleh Pdt. Pantas Panggabean, S.Si (Theol) (Kabid Koinonia), Pdt. Bonar Silaban, M.Min (Plt Kabid Marturia) dan Pdt. Enig Sonatha Aritonang, M.Th (Plt Kabid Diakonia). Mereka berkantor di Jln Puri Pesanggrahan II/2 Blok N - Bukit Cinere Indah – Cinere, tlp 021-7545593; E-Mail: hkbp8jk@yahoo.co.id; Website: www.hkbpdistrik8.org.
Berkat kerjasama Panitia Tahun Diakonia, para pelayan penuh waktu, sintua dan seluruh warga jemaat pada tahun 2009 yang lalu sebagaimana telah ditetapkan sebagai ‘Tahun Diakonia HKBP’, maka kita telah berhasil mendirikan beberapa kegiatan yang perlu dikembangkan seperti tiga Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) yang diberi nama ‘TK Sejahtera’, 1 di HKBP Kandangroda-Cibinong, 1 di HKBP Parung Panjang dan 1 di HKBP Kalimulya-Depok. Distrik VIII juga telah memiliki tanah seluas 2,2 H.a. di Daerah Jonggol yang peruntukannya sebagai Pusat Pelatihan/pembinaan warga jemaat dan masyarakat yang dikelola oleh Lembaga Pusat Tranformasi Distrik VIII. Untuk memberdayaan ekonomi warga jemaat dan masyarakat, telah didirikan pula Credit Union Modifikasi (CUM) yang saat ini berkantor di HKBP Limo.
Sebagai organisme yang hidup di tengah-tengah dunia dan masyarakat, HKBP harus ikut memberi andil melalui aksi-aksi sosial, seperti menghadapi dampak negatip akibat bencana alam yang terjadi pada akhir-akhir ini. Dalam waktu dekat Pemerintah akan memberlakukan Undang-undang, di mana hanya orang atau kelompok tertentu saja yang legal, bisa memberi bantuan langsung terhadap korban bencana alam, yaitu ‘Tagana’ (Taruna Siaga Bencana). Kini Distrik ini mempunyai 17 orang anggota Tagana Nasional (melalui pelatihan). Unit pelayanan ini dikelola Lembaga Tanggap Bencana Distrik. Kita berharap agar personil Tagana ini dapat bertambah, dan kelak bertumbuh di Distrik-distrik lainnya sehingga akhirnya terbentuk ‘Tagana HKBP’.
Melalui beberapa kesempatan kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai gerejaNya HKBP melewati masa-masa sulit pada masa lalu sebagaimana diuraikan di atas, sekaligus memohon pertolonganNya dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, seiring dengan perkembangan politik di Indonesia terutama untuk menyikapi sulitnya memperoleh IMB. Beberapa Jemaat di Distrik ini tidak dapat membangun gedung gereja, seperti HKBP Pangkalan Jati Gandul, HKBP Kalimulya-Depok, HKBP Ciganjur, bahkan beberapa gedung gereja tidak bisa digunakan akibat larangan masyarakat dan pemerintah setempat, sehingga mereka beribadah di rumah jemaat secara bergantian, seperti HKBP Pondok Kacang Timur dan HKBP Parung Panjang. Namun upaya-upaya terus dilakukan dari berbagai pendekatan hingga saat ini. Disamping itu juga kita bersyukur sebab di Daerah Kalimantan Barat hampir tidak ada kesulitan memperoleh IMB Gereja, sebab para pejabat dan pemerintah setempat memberi dukungan.
Kini, sejak perjalanan dimekarkan Distrik XXVIII Deboskab ini kita patut bersyukur, kita perlu mengevaluasi, sudah sejauh mana HKBP berbuat dan berbuah di tengah-tengah dunia, warga jemaat, bangsa dan masyarakat. Kita berdoa dan bekerja untuk perkembangan Distrik ini ke depan. Kini Praeses HKBP periode Tahun 2016-2020 yang sedang berjalan ini yang dipimpin oleh Bapak Pdt. Drs. Berlin Tamba, M.Div terus berupaya semaksimal mungkin melaksanakan tugas panggilannya sehingga posisi Gereja yang berada di tengah-tengah masyarakat perkotaan yang heterogen harus mengembangkan pelayanannya secara koinonis, marturis dan diakonis, sehingga dengan demikian HKBP sungguh-sungguh menjadi organisme yang hidup di tengah-tengah warga jemaat, masyarakat dan bangsa kita. Dibawah kepemimpinan Bapak Praeses, Pdt. Drs. Berlin Tamba, M.Div ada bererapa perkembangan diantaranya telah terbentuknya Persekutuan Ama Distrik (PAD) yang diketuai oleh Bapak Masinton Pangaribuan, terbitnya legalitas Koperasi Distrik dengan nama Koperasi Paramita Insani 28 dan beberapa upaya lainnya yang sedang berjalan.
Kini, ibarat rombongan besar yang berjalan ke tujuan, yakni masa depan. Kita berhenti, beristirahat sejenak, mensyukuri penyertaan Tuhan pada masa lalu, kemudian melihat perjalanan yang masih jauh ke depan. Kita mengaku, sampai di sini Tuhan menolong kita. Marilah kita seperti Samuel, mengambil sebuah batu, lalu mendirikan dan menamainya ‘Eben-Haezer’ (Sampai di sini Tuhan menolong kita – 1 Sam 7:12). Semoga ‘Eben-Haezer’ yang bertaburan di sana sini bisa kita dirikan di tengah-tengah Jemaat, Bangsa dan Masyarakat.
Patutlah kita menaruh hormat kepada para pendahulu kita, para Sintua, Pendeta, Bibelvouw, Guru Jemaat, Diakones dan warga jemaat yang bahu-membahu memikul beban tersebut. Kini menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk mengembangkan cita-cita pendahulu kita, terlebih dalam pelaksaan Visi dan Missi HKBP melalui HKBP Distrik XXVIII Deboskab ini. Tuhanlah yang memberkati umat dan gerejaNya. Terimakasih.
(Ditulis Pengelola Website, disadur dari sumber Sekretariat Distrik)